Bangkit Dan Bahagia Bersama di Launching Buku Antologi Pulih

 



“Di dalam hidup, tidak semua hal dapat kita mengerti. Beberapa hal dapat lebih mudah dihadapi dengan penerimaan. Jika sudah menerima, kita dapat menata langkah baru untuk bergerak maju.” (IMH, Catatan Pulih)
Pernah nggak sih kita merasa marah dengan keadaan?
Merasa sedih ketika segala sesuatu tidak berjalan sesuai dengan kehendak hati?
Kemudian depresi ketika kita tidak bisa berdamai dengan apa yang sudah ditakdirkan untuk terjadi?
Merasa sudah jatuh bangun, memohon dan mengiba pada yang Esa untuk dicukupkan segala penderitaan sampai di sini, tapi nyatanya “bahagia” belum berpihak pada kita?
Akhirnya menangis, mengutuk kehidupan, bahkan sempat tergoda bujukan bahwa kematian lah yang akan menjadi penyelamat kita dari segala pedihnya keadaan.
Lalu bagaimana menghadapinya?
Menyerah kalah?
Atau berdamai dengan keadaan dan memilih tetap berjuang agar mental tetap sehat meski dengan langkah yang tertatih?
.
10 Oktober lalu diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental sedunia. Mungkin tidak banyak orang yang peduli atau karena bagi kebanyakan orang “kesehatan mental” itu identik dengan orang dengan gangguan jiwa yang tidak perlu terlalu dipedulikan?
Padahal, faktanya, masalah yang berkaitan dengan mental itu bisa menyerang siapa saja, bahkan orang terdekat kita sekalipun.
Ibu baru melahirkan terkena Baby blues itu sudah berkaitan dengan kesehatan mental.
Belum lagi pandemi yang kemudian memunculkan ketakutan berlebih pada banyak orang belakangan ini sampai akhirnya banyak sekali psikolog yang memberikan bantuan konsultasi secara cuma-cuma demi menekan meningkatnya gangguan mental ini.
Lantas apa hubungannya kesehatan mental dengan launching buku yang saya ikuti ini?
Buku “Pulih” adalah buku yang berisikan kumpulan perjuangan banyak perempuan hebat dalam menghadapi masalah mental yang pernah mereka hadapi.
Buku yang juga menjadi bukti bahwa berjuang melawan “kemustahilan” itu nyata adanya.
Menyenangkan sekali berbagi dan belajar bersama mengenai kesehatan mental meski tidak seberapa lama.
Penasaran dengan acaranya?
Yuk, kita lanjut di bawah ini.

Zoom Meeting Grand Launching Buku Pulih dan Bincang Pulih

Sabtu malam di minggu kemarin, tepat jam 7 malam, saya bersiap-siap mengikuti Grand Launching Buku Pulih.
Acara yang saya tunggu-tunggu. Jujur saja, seringnya buku “Pulih” bersliweran di timeline media sosial saya, bikin saya makin penasaran.
Apalagi waktu itu saya sempat berkeinginan untuk bergabung juga menjadi kontributor di buku itu (yang akhirnya terlewat dan saya menyesal, hoho).

 



Diawali dengan pembukaan dan sambutan oleh Mbak Widyanti (Ketua IIDN dan penggagas buku Pulih) yang bercerita mengenai bagaimana awalnya ide membuat antologi ini bisa terlintas ke pikirannya dan perjuangannya hingga akhirnya antologi ini sukses terbit.
Perjuangan yang tidak mudah, jelasnya saat itu. Timing penulis yang berbeda-beda, kontributor yang berguguran satu persatu, penulisan yang belum memenuhi kriteria, aspek yang belum sesuai, hingga banyak faktor lainnya.

 


Dengan penuh semangat dan mimik haru tapi bahagia yang tergambar jelas di wajahnya, Mbak Wid kembali memberikan doa dan harap terbaik agar buku “Pulih” ini dapat menjadi manfaat baik bagi penulis maupun pembacanya. Sesuatu yang sungguh saya amini karena memang demikianlah adanya.
Kemudian, layar zoom berganti dengan hadirnya dr. Maria Rini I, Sp. Kj, psikiater yang bertugas di RSJD Surakarta. Sebagai ahli yang telah bergelut dengan kesehatan mental, dr. Maria mengaku senang sekali dengan hadirnya buku ini. Karena menurutnya, komunitas memiliki peran penting dalam memelihara kesehatan jiwa. Karena di dalam komunitas, orang-orang yang memiliki ketertarikan yang sama bisa saling menguatkan satu sama lain. Seperti halnya IIDN yang mampu menciptakan sebuah karya bernama “Pulih” ini. Diharapkan setelah orang-orang membaca buku “Pulih” mereka akan dapat mencintai diri mereka karena sejatinya mencintai diri sendiri sangatlah penting untuk menjaga kesehatan mental dan jiwa seseorang.
Selanjutnya ada Mbak Intan Maria Halim sebagai pembicara ketiga. Beliau adalah founder Ruang Pulih, ruang belajar dan konsultasi psikologi (khususnya untuk wanita dan anak-anak). Komunitas yang fokus pada pemulihan dan pengembangan diri untuk dapat memunculkan pribadi yang sadar akan keunikan diri, berdaya, dan bahagia.
Mbak Intan pernah memiliki sejarah kelam dalam hidupnya, mengalami postpartum depression, yang kemudian menginspirasinya untuk mendirikan Ruang Pulih untuk menolong sesamanya.
Di Ruang Pulih, Mbak Intan mengajak siapapun untuk bangkit dan mengenal Mandala Self Love dan art therapy.
Oh iya, sebelum mengikuti acara zoom, kami di grup memang diberikan gambar mandala yang sayangnya tidak sempat saya kerjakan karena seharian berkutat di rumah sakit waktu itu. Tapi tentu saja saya simpan dan saya berencana mewarnainya nanti.
Menurut Psychology Today, Art theraphy sendiri adalah salah satu metode penyembuhan atau terapi psikologis yang melibatkan penggunaan teknik kreatif seperti menggambar, melukis, membuat kolase, mewarnai, hingga memahat.
Art therapy disinyalir mampu membantu anak-anak, remaja, sampai orang dewasa mengeksplorasi emosi mereka dan meredakan stres, meredakan gejala kecemasan/depresi, dan meningkatkan harga diri.

 



Karena itulah art therapy (Mandala Cinta) sebagai cara berkomunikasi di bawah alam sadar inilah yang menjadi pilihan di Ruang Pulih untuk membantu orang-orang yang ingin sembuh dan bangkit dari masalah yang ada.
Bahkan Mbak Intan juga sempat membahas beberapa hasil Mandala Cinta yang sudah diwarnai. Bagaimana peserta memilih warna, mengombinasikan warna, sampai membahas makna apa yang tersirat dari warna-warna yang dipilih oleh peserta.
Super seru!!


Bangkit dan Bahagia Bersama Buku “Pulih”


Buku ini hadir bermula dari ide untuk menemukan buku berkaitan dengan Proker Divisi Buku IIDN. Mbak Wid ingin menghadirkan buku yang tidak hanya sekedar menjadi bahan bacaan tapi juga memberi banyak hal kepada penulis dan pembacanya. Yang juga diharapkan dapat menjadi katarsis bagi para penulisnya.
Sampai akhirnya, kepekaan Mbak Wid pada fenomena media sosial yang akhir-akhir ini jadi semacam tempat sampah atau sarana curhat orang banyak bahkan penulis, mulai dari curhatan, kepedihan, sampai kisah yang menginspirasi orang lain untuk bangkit, justru mempertemukannya dengan jalan untuk menulis buku yang berkaitan dengan kesehatan jiwa. Yup, semesta menyambut.
Ketua Divisi Buku Komunitas IIDN, Fuatuttaqwiyah El Adiba, mengajukan usulan tema antologi yang membahas mengenai kesehatan jiwa.
Dari situlah Mbak Wid tergerak hatinya untuk menghadirkan sebuah buku antologi yang berhubungan dengan mental healthy, yang akhirnya menggandeng Mbak Intan (founder Ruang Pulih) dan dr. Maria untuk bersama-sama, berjuang, mempersembahkan buku “Pulih” ini ke hadapan teman-teman.
Pulih berisikan 25 cerita dari 25 kontributor yang pernah berjuang dengan masa kelam dalam hidupnya. Tangis, trauma, depresi, lelah, dan rasa ingin menyerah pernah hadir mengisi hari-hari mereka.
Ada begitu banyak luka yang mampir dalam kehidupan perempuan hebat di sana. Luka yang ketika membacanya, saya pun ikut berderai air mata.
Karena ternyata derita itu nyata adanya. Proses berjuangpun tidak cukup hanya dalam hitungan minggu atau bulan.
Cerita yang membuat kami menangis bersama ketika Mbak Wid membacakannya lewat voice note dengan penuh penghayatan. Larut dalam suasana dan membayangkan bagaimana di posisi para penulis saat itu.
Ah, semoga kita dan mereka selalu dikuatkan.
Selalu dimampukan…
Karena sungguh, mampu berjuang melewati hujan paling badai dan kemudian bisa mengucapkan kalimat “Aku telah pulih” itu sangat membahagiakan.
Terimakasih IIDN
Terimakasih para penulis yang telah berani kemballi membuka luka.
Terimakasih “Pulih”
Semoga dengan hadirnya buku ini dapat menjadi penguat mereka yang tengah berjuang untuk pulih di luar sana.
Aamiin…


19 komentar

  1. berbicara soal kesehatan mental mengingatkan saya pada teman yang berani speak up dengan kondisinya dan sekarang benar-benar pulih dr trauma masa kecilnya dan bahagia. di buku Pulih mungkin ceritanya seperti juga kali ya

    BalasHapus
  2. Pulih bertema psikologi sepertinya ya Mbak. Ya saya juga percaya dengan menulis sedikit banyak menyembuhkan. Begitu pula dengan membaca pengalaman orang yang kemungkinan ada mirip dengan pengalaman kita bisa membantu memulihkan. Karena kita tidak merasa sendiri. Semoga sukses buku Pulih ini ya Mbak

    BalasHapus
  3. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat untuk semua yaa. Baik penulis, maupun (tentu saja) orang-orang yang membacanya.

    BalasHapus
  4. Buku yang membahas mengenai perjuangan banyak perempuan hebat dalam menghadapi masalah mental yang pernah mereka hadapi ini, pastinya menarik untuk dibaca

    BalasHapus
  5. Wah, saya jadi penasaran seperti apa cerita dari 25 kontributornya. Sebagian kita kenal karena berprofesi sebagai blogger, ya? Btw, konsep mewarnai mandalanya asyik.

    BalasHapus
  6. Saya sempat mengikuti tapi sayang ngga sampai di akhir acara karena jaringan tak bersahabat.

    Terpana dengan semangat dan self motivated dari banyak ibu ibu yang menuliskannya. Buku ini ternyata salah satu bagian terapi juga ya. Peluk para ibu di seluruh dunia!

    BalasHapus
  7. bukunya ini sangat bermanfaat banget kayaknya apalagi sekarang kesehatan mental itu juga sangat perlu banget loh dan enggak boleh disepelein

    BalasHapus
  8. Baca reviewnya saja aku udah ikut terharu mbak
    Tema yang diangkat sangat menarik dan lekat dengan kehidupan kita
    Semoga buku pulih sukses dan diminati banyak orang

    BalasHapus
  9. Kesehatan jiwa memang penting diperhatikan, apalagi di era sekarang ya mbak? Banyak org mengalami kesusahan tak sedikit yang depresi. Semoga ya banyak ya terinspirasi setelah baca buku ini.

    BalasHapus
  10. Dari judulnya saja auranya sudah positif ya, pulih...
    Sehat kembali, membaik mentalnya dengan dukungan dan terapi diantaranya dengan menuliskannya. Keren ide dan misi Buku Pulih ini. Menginspirasi banyak pembacanya pasti

    BalasHapus
  11. Art theraphy boleh dibilang cocok buat semua orang ya ... kalau saya pribadi, menulis menjadi terapi yang saya seanngi.
    BTW, tertarik sama quote di awal
    Jika sudah menerima, kita dapat menata langkah baru untuk bergerak maju ... nah benarbanget quote-nya ini.

    BalasHapus
  12. Buku yg inspiratif ininya mbak...
    Juga sangat edukatif untuk menjaga kesehatan mental

    BalasHapus
  13. Pasti tidak mudah ya mbak menuliskan kembali luka batin ini, salut untuk para kontributor yang berani berbagi, dan jadi cermin untuk pembaca..

    BalasHapus
  14. Sayapun menyesal tak ikut nulis di buku ini, padahal tertarik dengan temanya. Makanya saya penasaran dengan kisah-kisah yg ditulis oleh ke 25 kontributornya.

    BalasHapus
  15. I can’t imagine how wonderful it is to read all these inspiring stories in this book. I hope we all can handle every trauma that we have in our lives

    BalasHapus
  16. Salut, IIDN ini selalu aktif menelurkan karya-karya dan berbagai lomba. Semoga suatu saat aku juga bisa turut berkontribusi.

    BalasHapus
  17. Mantep nih, jadi pengen baca bukunya juga. Sepertinya menarik, apalagi cerita dari 25 kontributor ya

    BalasHapus
  18. Salut dengan ide awal pembuatan buku Pulih ini. Tiap orang memang butuh ruang untuk pulih, entah bisa pulih sendiri ataupun harus dibantu oleh orang lain.

    BalasHapus
  19. Beberapa kali liat postingan di timeline medsos soal buku Pulih. Bikin pengen punya buku ini deh mbak, soalnya aku juga belum lama ini pulih jadi diri sendiri. Hehehe

    BalasHapus